kubet indonesia – Orangtua Merasa Tak Bisa Membahagiakan Anak, Apa yang Harus Dilakukan?

Posted :

by :

Ilustrasi anak dan orangtua

Lihat Foto

membahagiakan anak, meskipun sudah melakukan beragam cara untuk membahagiakan sang buah hati.

Menurut co-founder BN Montessori, psikolog Pritta Tyas, M.Psi., cara mengatasi pikiran seperti itu adalah dengan merincikan dalam hal apa orangtua merasa tidak bisa membahagiakan anak.

“Apakah orangtua tidak bisa menyediakan aktivitas yang anak butuhkan? Kalau jawabannya iya, ya harus belajar. Orangtuanya harus cari tahu, dan enggak harus mahal. Tapi butuh niat,” kata dia di Decathlon Pondok Indah, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Ada beberapa sumber kebahagiaan anak yang bisa diberikan oleh orangtua, salah satunya adalah membebaskan anak melakukan aktivitas apa pun yang mereka inginkan.

Jika orangtua merasa tidak bisa membahagiakan anak karena tidak bisa menyediakan aktivitas yang dibutuhkan oleh anak, tidak perlu berkecil hati dulu.

Untuk anak yang senang jalan-jalan, misalnya, orangtua tidak perlu mengajak mereka ke tempat yang jauh jika tidak memungkinkan secara jarak, transportasi, dan keuangan.

Ada banyak alternatif yang bisa dilakukan, seperti mengajak anak jalan-jalan sore di taman dekat rumah, keliling kompleks, taman bermain, bahkan ke pasar untuk ikut berbelanja dengan ayah dan ibu.

“Kalau orangtuanya merasa kurang mengapresiasi anak, misalnya sering memarahi, enggak ada cara selain orangtuanya yang bertumbuh. Bahagianya anak itu hasil dari pembelajaran orangtuanya,” jelas Pritta.

Selanjutnya, apabila orangtua merasa tidak bisa membahagiakan anak karena tidak bisa menyediakan lingkup pertemanan yang positif, bantu anak mencari lingkup pertemanan baru.

“Kok anak ada di lingkungan yang ngata-ngatain dia, dan dia jadi banyak konflik? Ganti pertemanannya. Karena memang enggak sehat, toksik kalau orang sekarang bilang, kita mesti pindahkan anak ke lingkungan yang lebih sehat,” ucap Pritta.

Anak tidak harus selalu bahagia

Menurut Pritta, anak tidak harus selalu bahagia. Namun, ia harus sehat secara emosi, meskipun sedang tidak bahagia.

Indikator anak yang sehat secara emosi adalah mereka mengetahui dan bisa mengutarakan apa yang dirasakan.

 

“Misalnya, dia mengatakan dia enggak nyaman sama si ini karena begini ke dia. Dia mengatakan enggak nyaman kalau ibunya teriak kayak begini, dan dia penginnya ibunya begitu. Itu sehat secara emosi,” ujar Pritta.

Kemudian, anak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.

Ketika bosan memainkan sesuatu, misalnya, mereka sudah memiliki solusi untuk memainkan permainan lain.

Begitu pula ketika mereka tidak menyukai sesuatu, ia sudah tahu harus mencari hal lain yang disukai untuk dilakukan.

“Jadi, itu sehat secara emosi. Jadi, tidak harus bahagia, tapi anak harus tahu apa yang dia rasakan,” tutup Pritta.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *