kubet indonesia – Ashanty Puasa 120 Jam, Ini Pendapat Dokter tentang Prolonged Fasting…

Posted :

by :

Ashanty baru-baru ini membagikan pengalamannya melakukan puasa selama 120 jam untuk meningkatkan kesehatan. Bagaimana pendapat dokter tentang ini?

Lihat Foto

Ashanty baru-baru ini mengungkapkan pengalamannya menjalani prolonged fasting atau puasa panjang selama 120 jam.

Dalam video yang diunggah di akun Instagram pribadinya, ia membagikan momen tersebut dan memberikan penjelasan mengenai jenis puasa yang ia lakukan.

“Alhamdulillah aku berhasil puasa lima hari (120 jam),” ujar Ashanty, sembari menunjukkan segelas teh hijau yang menjadi pilihannya selama menjalani puasa panjangnya.

Selama 120 jam puasa, istri Anang Hermansyah ini hanya mengonsumsi minuman tertentu.

“Selama puasa, aku hanya minum green tea yang 0 kalori dan juga mengonsumsi air putih setidaknya 2 liter per hari. Aku juga menambah konsumsi air garam, sekitar setengah liter, jadi totalnya sekitar 2,5 liter,” ujarnya.

Wanita 41 tahun ini mengaku tidak terbebani dengan puasa 120 jam itu.

Ia mengungkapkan bahwa tujuan dari puasa panjangnya adalah untuk meningkatkan kesehatan.

Menurutnya, puasa panjang telah membantunya bisa menghilangkan moon face akibat efek samping obat steroid yang sempat rutin dikonsumsi untuk mengatasi penyakit autoimun yang dideritanya.

“Aku mau cerita karena aku dulunya minum obat autoimun, jadi kalau minum obat steroid itu bikin kita moon face. Aku udah enggak minum obat steroid lag. Apa yang menyembuhkan aku dari obat steroid ya berpuasa,” terangnya.

Di dalam dunia medis, metode puasa panjang masih menjadi perdebatan, meski dianggap memiliki potensi manfaat.

Kata dokter soal prolonged fasting

Dokter Spesialis Gizi Klinis dr. Nurul Ratna Mutu Manikam M.Gizi, Sp.GK mengatakan bahwa prolonged fasting sebenarnya mirip dengan puasa intermiten, yaitu puasa lebih dari 14 jam.

Nurul mengungkapkan bahwa prolonged fasting yang dilakukan Ashanty sampai 100 jam lebih itu memang berpotensi memberikan manfaat kesehatan karena mengurangi respons peradangan dalam tubuh.

“Tujuan prolonged fasting adalah membatasi waktu makan, meningkatkan produksi benda keton, sehingga tubuh akan menurunkan respons peradangan,” kata Nurul kepada Kompas.com pada Rabu (23/4/2025).

Benda keton adalah hasil akhir dari metabolisme lemak yang bisa digunakan sebagai sumber energi.

“Produksi benda keton meningkat karena ada pembakaran cadangan glukosa dan tubuh menggunakan cadangan lemak,” terangnya.

Hal ini, menurut Nurul, dapat memberikan manfaat seperti penurunan berat badan dan efek anti-aging, yang membantu memperlambat proses penuaan.

Namun, Nurul juga menekankan bahwa tidak semua orang cocok melakukan prolonged fasting.

Ia memperingatkan agar orang dengan kondisi medis tertentu, seperti diabetes yang tidak terkontrol, gangguan ginjal, gangguan hati, masalah lambung, atau komorbid berat lainnya, untuk menghindari metode ini.

“Dasar ilmiah dari prolonged fasting masih belum konklusif berdasarkan penelitian yang ada. Jadi, baiknya cek kesehatan dulu sebelum mengadaptasi metode prolonged fasting,” sarannya.

 

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *