
“mythomania”, kondisi ketika seseorang memiliki kebiasaan berbohong.
Banyak warganet yang menceritakan pengalamannya menghadapi orang dengan mythomania.
Menurut psikolog klinis Angellia Lestari Christiani, orang dengan mythomania membutuhkan dukungan dan empati dari keluarga.
Keluarga bisa membantu penderita mythomania mengatasi kebiasaan berbohong yang sulit dikendalikan.
Namun, keluarga tidak boleh terlalu cepat mendiagnosis dan menghakimi tanpa bantuan psikolog.
“Tentunya kita tidak bisa cepat-cepat memberikan diagnosis atau melabel orang terdekat kita dengan label ini, ya,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com pada Selasa (3/6/2025).
Berikut lima langkah awal yang bisa dilakukan keluarga ketika mencurigai ada anggota keluarga yang mengalami mythomania.
1. Observasi perilaku penderita mythomania
Sebelum mengambil kesimpulan, keluarga perlu melakukan observasi terhadap pola perilaku penderita.
Amati jumlah kebohongan yang dikeluarkan dan kelakuannya selama di rumah.
“Ambil waktu untuk benar-benar mengobservasi perilaku dari orang tersebut, temukan konsistensi dari perilakunya,” kata Angellia.
2. Sadari bahwa ada alasan di balik perilakunya
Menurut Angellia, keluarga juga perlu menyadari bahwa penderita sering berbohong bukan karena bermaksud buruk.
Kebohongan yang disampaikan biasanya merupakan respons dari trauma atau luka batin di masa lalu yang belum terselesaikan.
“Sadari bahwa mereka pasti memiliki alasan di balik perilaku mereka, jadi kita juga perlu mengingatkan diri kita from time to time, bahwa mereka memiliki kesulitan pastinya,” jelasnya.
3. Jangan konfrontasi langsung
Menurut Angellia, mengonfrontasi kebohongan secara langsung justru bisa membuat penderita mythomania defensif.
Lebih baik, komunikasikan secara jelas dan lembut untuk menunjukkan, jika keluarga peduli dengan penderita.
Leave a Reply