
laktosa. Dua kondisi ini sering disangka sama, padahal sangat berbeda.
Dijelaskan oleh Prof.Budi Setabudiawan Sp.A(K), alergi susu sapi atau sensitif susu sapi dengan intoleransi laktosa adalah dua hal yang berbeda tetapi gejalanya hampir sama.
“Alergi susu sapi adalah gangguan sistem kekebalan tubuh seorang anak terhadap protein yang ada di dalam susu sapi. Sedangkan laktosa merupakan gangguan pencernaan, di mana sistem pencernaannya tidak bisa mencerna laktosa,” paparnya dalam acara edukasi yang diadakan oleh Morinaga Soya di Jakarta (3/7/2025).
Laktosa merupakan karbohidrat atau gula alami di dalam susu.
“Jadi beda, kalau alergi itu pada protein susu, sedangkan laktosa intoleran ke gula dan ini gejalanya hanya di saluran pencernaan saja,” imbuh pakar alergi dan imunologi dari Universitas Padjajaran Bandung ini.
Sementara itu, alergi susu sapi bisa menyebabkan gejala pada tiga organ tubuh; yaitu di kulit yang bisa menyebabkan gejala gatal dan merah-merah, pada saluran pencernaan yang menyebabkan diare, perut kembung, atau muntah; dan terakhir di saluran pernapasan yang menyebabkan gejala batuk, pilek, sampai sesak.
Menurut Prof.Budi, pada kasus alergi berat bisa menyebabkan anak pingsan atau disebut syok anafilaktik.
Ia melanjutkan, pada kasus laktosa intoleran tubuh tidak memiliki enzim laktase atau jumlahnya sedikit, sehingga laktosa dari susu tidak bisa dipecah menjadi glukosa dan galaktosa yang akan diserap tubuh.
“Karena tidak bisa diserap di usus kecil, jadinya masuk ke usus besar lalu di sini akan dipecah oleh bakteri yang nantinya menghasilkan asam dan gas hidrogen. Itu makanya gejala yang paling menonjol perutnya kembung karena banyak gas,” jelasnya.
Alergi susu sapi dialami sekitar 0,5 persen bayi dan anak di Indonesia.
Jika tidak ditangani dengan benar, kondisi ini dapat mengganggu kualitas hidup dan tumbuh kembang anak karena anak bisa kekurangan nutrisi.
Pada bayi usia kurang dari 6 bulan, Prof.Budi menyarankan pemberian ASI eksklusif.
“Tetapi selama menyusui ibunya tidak boleh mengonsumsi produk susu dan turunannya. Apabila seorang anak tidak beruntung mendapatkan ASI, berarti susu formula yang standar harus diganti dengan formula yang khusus,” paparnya.
Jenis susu formula untuk bayi alergi, menurut Prof.Budi tergantung pada gejala yang dialami anak. Pada anak dengan gejala alergi ringan sampai sedang, ia merekomendasikan pemberian susu formula hidrolisat ekstensif.
Sementara itu, untuk anak dengan gejala alergi berat bisa diberikan susu formula asam amino.
“Tetapi kalau tidak bisa diberikan formula ekstensif bisa diberikan susu formula soya sebagai aleternatif. Dengan mengganti formula standar dengan yang khusus anak bisa tetap tumbuh kembang optimal,” ujarnya.
Leave a Reply