
fantasi seksual sedarah atau inses belakangan jadi sorotan publik.
Salah satu unggahan yang ramai diperbincangkan adalah curhatan seorang ayah yang mengaku tertarik secara seksual kepada anak perempuannya sendiri.
Menurut Psikolog Klinis Alfia Noor Laily Fauziah, M.Psi., Psikolog, inses dalam pandangan psikologi adalah hubungan seksual atau intim yang dilakukan oleh anggota keluarga yang masih memiliki hubungan darah.
Kasus ini kerap melibatkan orang dewasa yang memanfaatkan relasi kuasa terhadap korban anak, dan dapat menimbulkan trauma mendalam yang berkepanjangan.
“Kalau ayah melakukan kekerasan seksual ke anaknya, meskipun anaknya masih kecil, itu tetap menjadikan trauma bagi anak sampai dia besar. Bahkan bisa merasa rendah diri, enggak percaya diri, sampai depresi,” jelas Alfia dalam wawancara bersama Kompas.com, Senin (2/5/2025).
Keluarga yang seharusnya menjadi tempat aman justru berubah menjadi lingkungan yang menakutkan dan tidak nyaman bagi korban, terutama anak-anak dan perempuan yang memang lebih rentan menjadi sasaran.
3 Faktor pemicu Seseorang Memiliki Fantasi Seksual Inses
Alfia membeberkan, setidaknya ada tiga faktor yang memicu seseorang memiliki fantasi seksual tidak normal, termasuk fantasi inses. Simak penjelasannya.
1. Faktor keluarga tidak harmonis
Dalam beberapa kasus, hubungan rumah tangga yang tidak harmonis dapat menjadi salah satu pemicu terjadinya inses. Misalnya, ketika ayah dan ibu sering bertengkar atau salah satu pihak merasa terpojokkan secara emosional.
“Ada yang sampai ayahnya merasa dendam karena terus dimarahi atau dimusuhi istri, lalu pelampiasannya justru ke anak perempuannya. Ini yang disebut inses akibat patologi keluarga,” ujar Alfia.
2. Kurangnya edukasi seksual dan pengawasan
Kurangnya pemahaman tentang batasan relasi keluarga, terutama pada anak-anak dan remaja, juga bisa menyebabkan perilaku menyimpang. Salah satunya adalah kurangnya edukasi seksual dan minimnya pengawasan orang tua.
“Orang tua yang membiarkan anak remaja beda jenis kelamin tidur sekamar atau terbiasa tidur bareng bisa jadi pemicu. Karena itu harusnya dipisah sejak mulai remaja,” katanya.
Selain itu, orang tua perlu memiliki disiplin positif dalam penggunaan gadget, termasuk mengawasi konten digital yang diakses anak-anak.
3. Pengaruh alkohol dan paparan pornografi
Faktor psikologis lain yang bisa memicu perilaku inses adalah penggunaan alkohol, yang membuat pelaku kehilangan kontrol diri.
Ditambah lagi, paparan konten pornografi, baik dari internet maupun media sosial, juga memperparah kondisi.
“Orang tua atau anak-anak yang terlalu sering nonton konten pornografi di media sosial jadi ketagihan, lalu meniru apa yang mereka lihat. Sayangnya, pelampiasannya bisa ke keluarga sendiri,” ujar Alfia.
Upaya pencegahan inses
Untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual dalam keluarga, Alfia menekankan pentingnya peran orang tua dalam membangun pola asuh yang sehat, memberikan edukasi seksualitas sejak dini, serta membatasi akses anak terhadap gadget dan konten dewasa.
Langkah lain yang bisa diambil adalah sosialisasi nilai-nilai moral di masyarakat, serta penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku.
“Proses pemulihan bagi korban juga penting. Harus didampingi psikolog, diberikan tempat aman dan nyaman, serta diberi terapi sesuai kebutuhan,” tambahnya.
Leave a Reply