kubet indonesia – Benarkah Kualitas Sel Telur Menurun Setelah Dibekukan? Dokter Jelaskan

Posted :

by :

Sel sperma yang mendatangi sel telur

Lihat Foto

Luna Maya melakukan prosedur pembekuan sel telur atau egg freezing.

Ada beragam alasan mengapa perempuan membekukan sel telur mereka, salah satunya karena belum memiliki pasangan dan belum siap untuk punya anak saat ini.

Kendati demikian, ada potensi kualitas sel telur menurun ketika dipertemukan dengan sperma. Mengapa demikian?

“Begitu dipertemukan dengan sperma, kemampuan sel telur untuk menjadi embrio sekitar 70 persen. Menurun karena enggak semua sel telur memiliki kualitas yang baik,” ungkap dr. Yassin Yanuar Mohammad, SpOG, SubSpFer, MSc yang berpraktik di RSPI Pondok Indah, kepada Kompas.com, Rabu (7/5/2025).

Egg freezing adalah proses preservasi sel telur untuk dibekukan dalam nitrogen bersuhu -196 derajat celsius.

Rata-rata keberhasilan pengambilan sel telur untuk dibekukan adalah 100 persen. Namun, dari 100 persen, hanya beberapa yang bisa bertahan, yakni sekitar 80-90 persen.

“Pertanyaannya, apakah semua akan bagus? Enggak semua, tapi 90 persen rata-rata di dunia, iya. Lalu, dari 90 persen, enggak semua bisa untuk dibuahi atau berkembang menjadi embryo,” kata Yassin yang juga berpraktik di RSIA Bina Medika dan Bamed Meruya ini.

Namun, ketika dipertemukan dengan sperma untuk berkembang menjadi embrio, kualitasnya menurun menjadi sekitar 70-80 persen.

Kemudian, dokter akan melihat apakah embrio mampu bertahan sampai lima hari. Embrio dengan kualitas paling bagus hanya sekitar 50-60 persen.

“Kalau dikaitkan dengan peluang kehamilan, dia lebih turun lagi,” tutur Yassin.

Kualitas sel telur dan usia perempuan

Yassin mengungkapkan, kualitas sel telur sangat berkaitan dengan beberapa hal yang mencakup usia perempuan ketika membekukan sel telur, cadangan sel telur, dan penyakit yang dimiliki.

Rupanya, penyakit yang dimiliki dapat memengaruhi cadangan sel telur. Misalnya adalah penyakit seperti endometriosis yang menyebabkan penurunan cadangan sel telur yang lebih cepat.

“Atau yang usianya di atas 35 tahun, yang mana kualitas sel telurnya semakin menurun. Jadi, bicara tentang peluang (kehamilan), itu tergantung pada kondisi si ibu. Beda hasilnya kalau preservasinya di usia 25 tahun dengan yang di usia 38 tahun,” ucap Yassin.

Namun, bukan berarti semakin muda seorang perempuan, semakin bagus kualitas sel telurnya. 

Menurut Yassin, tidak ada patokan usia terbaik melakukan egg freezing, karena ini bukanlah prosedur umum.

Selain itu, kualitas sel telur juga bergantung pada kondisi lainnya. Untuk memastikannya, kamu bisa berkonsultasi dengan dokter.

“Jangan sampai kita misleading ke masyarakat. Jangan sampai disalahartikan ini sebagai prosedur yang menggantikan misalnya pernikahan. Ini tujuannya untuk orang dengan isu khusus,” tegas dia.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *