
PHK tidak hanya memutus pendapatan, tetapi juga bisa membuat para korban menganggur untuk waktu yang lama, terutama ketika lamaran yang dikirim tak kunjung membuahkan hasil.
Namun, Pritania (38) yang kena PHK pada tahun 2012, memaknainya sebagai sebuah berkah.
“Saya dari dulu memang selalu percaya ada hikmah di setiap kejadian. Ketika saya kena PHK, saya percaya itu ada hikmahnya juga. Dan ternyata benar, hikmahnya saya hamil,” kata dia kepada Kompas.com, Kamis (10/4/2025).
Sebagai informasi, Pritania pernah bekerja sebagai copywriter di sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang Web Development pada tahun 2011.
Kemudian, ia diangkat menjadi salah satu bagian dari tim Account Manager selama enam bulan sebelum kena PHK massal.
Namun, sebelum PHK massal terjadi, sudah banyak karyawan yang mengundurkan diri dari perusahaan itu. Ditambah lagi, kondisi ekonomi membuat perusahaan akhirnya menutup tiga anak cabang.
“Sebelum kena PHK, saya dan mantan suami sudah berusaha untuk hamil anak pertama. Selama setahun, enggak ada tanda-tanda. Baru setelah kena PHK, dapat ‘bonus’ kehamilan yang sudah ditunggu setahun,” lanjut Pritania.
Pritania pun memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga (IRT), sedangkan mantan suaminya tetap bekerja. Meskipun, ia mengaku penghasilannya sangat membantu keluarga kecil mereka ketika ia masih bekerja.
Fokus mengurus anak
Pritania mengungkapkan, kehamilan membuat rencananya buyar. Pasalnya, dua bulan setelah kena PHK, ia sudah berencana untuk kembali mencari pekerjaan dan kuliah.
Akan tetapi, ia tidak memandangnya sebagai sebuah petaka karena kedatangan anak pertamanya telah dinantikan setahun lamanya.
“Lagi pula, siapa yang mau mempekerjakan orang hamil? Belum lagi nanti perusahaan harus kasih cuti melahirkan tiga bulan, belum tentu ada yang mau, mereka pasti ngerasa rugi,” jelas Pritania.
Sepanjang kehamilan, Pritania berfokus pada online shop-nya yang menjadi satu-satunya sumber pendapatan. Sebelumnya, pekerjaan sampingannya juga mencakup freelance.
Namun, ia terpaksa berhenti karena kondisi kehamilan yang selalu membuatnya mual. Ia memilih untuk berhenti daripada memaksa bekerja, tetapi hasilnya kurang maksimal.
“Setelah hamil pun enggak mutusin lanjut kerja, karena enggak ada yang berani megang anak saya karena kecil banget. Pas sudah mulai makan juga enggak ada yang ngerti karena dia picky eater,” jelas Pritania.
Leave a Reply